
Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya beberapa pohon mangga membuat situasi jadi sejuk dan tenang. Sehabis seringkali mengetok pintu, seorang wanita 1/2 baya dengan senyuman ramahnya membuka pintu.
Cersex Pemerkosaan – “Izin, apa betul ini tempat tinggalnya Bu Sarmi?” tanyaku selanjutnya. “Oh ya, saya sendiri. Silahkan masuk, Mas!” Sehabis dipersilahkan duduk, tanpa basa-basi saya selekasnya tawarkan diri dan secara langsung mengungkapkan tujuan kedatanganku. “Ooo, menjadi Mas Anang ini ingin menjadi karyawan negeri to?” “Iya Bu!
Saya sudah bawa sebotol madu murni sebagai persyaratan, seperti yang disebutkan teman saya.” Saya memberikan satu botol madu murni pada Bu Sarmi. “Jika demikian, silahkan Mas Anang turut saya ke!” Bu Sarmi bergerak dari duduknya sekalian bawa botol madu yang saya share barusan.beliau berjalan ke arah sesuatu kamar di ujung ruang.
Dari belakang saya membentutinya sekalian memerhatikan pergerakan bokongnya yang membuatku menelan ludah. Sesampai dalam ruangan yang redup itu, Bu Sarmi tutup pintu dan menyuruhku buka bajuku. “Maaf ya Mas Anang! Tolong bajunya dilepas dan silahkan tiduran di tempat tidur itu! Kami akan selekasnya memulai ritusnya!” “Semua, Bu?” tanyaku malu. Bu Sarmi tersenyum, “Mas Anang tidak perlu malu. Kira saja saya tidak ada. Toh ini kan untuk harapan Mas Anang!” Bu Sarmi betul, pikirku. Kembali juga saya sudah telanjur tiba kesini, menjadi saya tidak perlu malu kembali. Sementara Bu Sarmi mempersiapkan kelengkapan ritus, saya selekasnya melepaskan semua busanaku selanjutnya tiduran di atas tempat tidur yang tidak begitu empuk tersebut.
Sekian hari selanjutnya, dengan sebotol madu ditangannya , Bu Sarmi tiba dan duduk di sampingku. Sebentar saya sebelumnya sempat melihat Bu Sarmi mengawasi badan telanjangku. Pandangannya kelihatan liar, seakan tengah melihat ayam panggang yang siap untuk di makan. Dengan duduk bertimpuh di sampingku, Bu Sarmi mulai tuangkan madu murni itu ke sekujur badanku. Saya pejamkan mataku saat tangan halus Bu Sarmi mulai sentuh dadaku, meratakan madu yang lekat itu ke tiap faktor badanku. Jarinya yang lentik dengan mahir menari-nari, meremas-remas dada sektorku, dan permainkan bulu-bulu lembut yang tumbuh di atasnya.
Saya menggigit bibirku sendiri, coba mengontrol tuntunan darahku yang naik-turun ke arah pangkal pahaku. “Mas Anang sudah mempunyai kekasih?” bertanya Bu Sarmi memecahkan kesunyian. “Eh, saya baru menikah 6 bulan lalu, Bu!” “Ooo…, menjadi masih tetap pengantin baru to! Wah, kembali panas-panasnya donk, Mas!” kata Bu Sarmi mengejek. “Ah, Bu Sarmi ini bisa saja!” Tanpa menyengaja tanganku sentuh lutut Bu Sarmi saat beliau mengalihkan tanganku tadi tutupi kemaluanku. Saya sempat melihat pahanya yang sedikit terkuak. Wah, mulus pahanya, pikirku.
Tanganku menjadi kerasan lama-lama di atas paha mulus tersebut. Bu sarmi biarkan saat tanganku mengelusnya. Bahkan juga beliau justru memperlebar pahanya. Seakan memberbagi tanganku kesempatan untuk bergerak mencari paha tahapan dalamnya. Darahku terus mendidih pada saat dengan gesitnya jari Bu Sarmi turun ke perutku, membelai bulu-bulu lembutnya dan memijat otot-otot perutku yang keras. “Wah…, tubuh Mas Anang kekar ya. Tentu Mas Anang rajin olah raga.” “Ya, setiap pagi saya upayakan untuk olah raga walaupun hanya angkat beban alias sit up.” “Ooo…, pantesan adi Mas Anang besar!” “Tujuan Bu Sarmi, adik yang mana?” tanyaku berpura-pura bodoh. “Tujuan saya adik yang ini…..” kata Bu Sarmi sekalian meremas kejantananku tanpa rasa canggung. Ada rasa terkejut sekalian berbahagia dengan tindakan Bu Sarmi.
Beliau secara halus membaluri kejantananku dengan madu, selanjutnya mengocaknya perlahan. “Ooohh…, Bu! Enak…!” saya melenguh nikmat. Saya terus berani dengan membuka roknya dan memilin pahanya lebih jauh kembali. Dan kenyataannya Bu Sarmi menyikapi positif perlakuanku tersebut. Bisa dibuktikan dengan dia sedikit bawa bokongnya agar saya bisa capai pangkal pahanya. Astaga…! Sekali saya kaget sekalian berbahagia pada saat tanganku sentuh rambut-rambut lembut antara pangkal paha Bu Sarmi. Kenyataannya beliau sudah tidak memakai celana dalam.
Pelan-pelan saya mulai menggosok bibir vagina Bu Sarmi yang sudah basah itu dengan jariku. Bu Sarmi semakin bertambah kelonjatan dan semaikin semangat mengocak tangkai kontolku. Perlahan-lahan tempat tangkai kejantananku itu mulai jadi membesar dan mengeras. Tanpa rasa jijik, Bu Sarmi mulai menjilat-jilati beberapa sisa madu yang melekat di lebih kurang pangkal pahaku, melumat buah zakarku, selanjutnya bergerak naik sapu urat-urat kontolku yang sudah bertonjolan. “Bagaimana Mas Anang? Sedap kan?” bertanya bu Sarmi di antara laganya. “Ahh.., nikmat sekali Bu! Saya belum rasakan senikmat ini!” Saya bisa dibuktikan belum demikian pengalaman dalam faktor seks. Saat lagi terkait dengan istriku, kami cuma meperbuat dengan panduan konservatif saja.
Tapi ini hari Bu Sarmi memberbagi pelajaran baru yang ekstrim. Bisa dibuktikan saat Bu Sarmi secara halus masukkan ujung penisku ke dalam mulut imutnya. “Ooougghh…yeah…enak, Bu!” napasku terus mengincar. saya merintih-rintih nikmat, tapi Bu Sarmi asyik permainkan kontolku dalam rongga mulutnya. Saya terus berani. Kutarik rokny sampai lepas.
Bahkan juga Bu Sarmi melepas kaosnya sendiri. Edan! Di umurnya yang sudah tidak muda kembali, ternya bu Sarmi masih tetap bertubuh yang kece. Kulitnya putih mulus, payudaranya yang masih tetap kuat dan montok, dan bokongnya yang bundar bikin gemas membuatku seakan ingin mengunyahnya. Oh, benar-benar seksi. “Aahhh…., kontol Mas Anang bisa dibuktikan menarik besarnya. Hhhmmmm…., saya bisa dibuktikan sudah lama mengidamkan kontol sebesar ini.Hhhmmm…!” dengan rakus Bu Sarmi melumat lagi kejantananku. Ini hari beliau mengangkangi badanku dan memberikan vaginanya pas ke mukaku.
Dengan perasaanku, akku dekatkan mulutku ke vagina Bu Sarmi yang mengembang merah. Wewangian wangi yang keluar benar-benar merangsah syaraf otakku untuk menjilatnya. Pelan-pelan kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan vaginanya secara halus. “Aaaaghhh…! Yaahhh…, demikian Mas! Jilat terus punyai saya….!Oooghhh…!” Bu Sarmi semakin bertambah semangat permainkan kontolku dalam mulutnya. Sementara tangannya mengocak tangkai kontolku, kepalanya bergerak turun naik. Kadang-kadang beliau menyedo-nyedot ujung kontolku kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini, sama-sama menjilat, mengulum dan mengocak kemaluan masing-masing. Berapakah saat selanjutnya Bu Sarmi melepas kulumannya. “Bagaimana, Mas Anang Sukai kan?” bertanya Bu Sarmi sekalian tersenyum padaku.
Saya cuma menggangguk perlahan sekalian nikmati jari Bu Sarmi yang masih tetap memijit-mijit tangkai kontolku. “Berdasar pemantauan saya, beberapa orang yang memiliki penis besar memiliki kemauan yang lebih besar juga. Saya percaya, ini hari Mas Anang tentu akan dapat menjadi Karyawan Negeri.” kata Bu Sarmi mengulas. “Tetapi saat ini, diamkan saya bahagia-bahagia dahulu dengan kontol Mas Anang yang lebih besar ini!” Bu Sarmi ambil sikap duduk di atas pahaku.
Pelan-pelan beliau raih kejantananku dan menuntunnya ke arah gua darbanya yang sudah basah. Dianya kelihatan meringis saat ujung penisku mulai masuk memeknya yang hangat. Entahlah karena memek Bu Sarmi yang sempit, atau mungkin karena kontolku yang lebih besar, proses penistrasi itu berjalan dengan lamban tapi nikmat.
Bu Sarmi terlihat susah payah berusaha agar tangkai kontolku dapat masuk utuh ke saat memeknya. Sampai akhirnya… “Aaougghh…., aduh Mas Anang! Besar sekali kontolmu!” badan Bu Sarmi yang mulus terlihat berkilat-kilat oleh cucuran keringatnya. Seringkali dia mengisap napas dalam-dalam sekalian biarkan tangkai kontolku tenggelam dalam rongga vaginanya yang sempit. Sekian hari selanjutnya Bu Sarmi mulai berlaga.
Dengan ke-2 tangannya bertopang pada dada sektorku, beliau mulai lambaikan bokongnya turun naik. “Aaaahhh…, aahhhh…, ooougghh…!” Saya mendesah-desah kenikmatan. Ke-2 tanganku menggenggam pinggul Bu Sarmi untuk atur pergerakan turun-naiknya. Kadang-kadang tanganku merayap naik, meraih 2 buah benda kenyal yang melambai cantik bersamaan dengan pergerakan turun naik badannya.
Dengan liar Bu Sarmi menghentak-hentakkan bokongnya, meliuk di atas badanku, seperti satu ekor ular betina yang sedang membelit mangsanya. Kadangkala beliau membuat goyangan putar bokong menjadi capitan vaginanya berasa oke. Tangkai kontolku berasa seperti di pelintir dan dipijit-pijit dalam lobang kepuasan tersebut. Berasa hangat dan nikmat. Terus lama pergerakan Bu Sarmi terus liar tidak teratasi.
Menusuk-hujam kejantananku terus dalam dan mentok sampai dinding paling dalam rongga vaginanya. Napas kami terus mengincar, seperti bunyi lokomotif rua yang berjalan dengan beberapa sisa tenaganya. “Oh, Mas Anang…, saya…telah…nggak kuat…lagi…! Arrrgghhh….!” Bu Sarmi menjerit nikmat bersamaan dengan muncratnya magma panas dari dalam rahimnya. Beliau mencekram kuat-kuat dadaku. Seakan ingin menanamkan kuku-kukunya ke dada sektorku. “Ooohhh…, sesaat lagi Bu! Saya sudah ingin keluar…, ooohhh…yeaahhh….!” Saya percepat pergerakanku. Walaupun Bu Sarmi kelihatan capek, tapi saya masih tetap bisa menyokong badannya dan gerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah. Beberapa saat selanjutnya, saya rasakan tangkai kontolku terus mengencang dan memulai berdenyut. Saya selekasnya percepat pergerakanku.
Ku hentak-hentakkan badan Bu Sarmi. Bunyi berkecipak terus kedengar keras. Sampai akhirnya….. “Saya…, keluar Bu! Oogghhh…!” saya mengeluh nikmat bersama dengan menyemburkannya spermaku dalam rongga kepuasan Bu Sarmi. Saat itu juga badanku lemas. Saya sudah tidak mampu kembali menyokong beban Bu Sarmi yang ada di atas badanku. Beliau ambruk menindih badanku sementara tangkai kejantananku masih tetap tetap menancap di vaginanya yang hangat. Dalam hati saya takjub sama wanita ini.
Beliau sudah memberbagi pengalaman baru dalam bercinta. Belum saya rasakan senikmat ini dalam terkait seks. “Mas Anang bisa dibuktikan sangat luar biasa!” kata Bu Sarmi sekalian membelai bulu-bulu lembut di dadaku. “Ibu luar biasa! Belum saya sepuas ini, Bu!” Saya mengecup kening beliau dan membelai rambutnya yang tergerai panjang. Sesaat kemudian aku juga lelap dalam pelukan hangat Bu Sarmi.
Entahlah sudah berapakah lama saya terpejam, saat saya rasakan suatu hal yang merayap di atas perutku. Suatu hal yang hangat dan halus. Perlahan-lahan saya buka mataku, kenyataannya Bu Sarmi tengah asyik menciumi, menjilat-jilati dan melumat permukaan kulit perutku. “Aahhh…, Bu Sarmi masih tetap ingin tambah kembali?” desahku perlahan. Bu Sarmi tersenyum manja, “Habis…, kontol Mas Anang guede sich! Siapa sich yang tidak suka ama kontol segede ini!” “Ah, Bu Sarmi ini bisa saja!” saya cuma merem terbuka, nikmati tangan beliau yang bermain bermain nakal di selangkanganku. Secara halus Beliau membelai kejantananku dan mengurut-urutnya dengan jempol dan telunjuknya. Berasa nikmat bisa dibuktikan.
Bu Sarmi semakin bertambah semangat saat tangkai kontolku mulai jadi membesar dan mengeras. Dan dengan rakus, Bu Sarmi mulai menjilat-jilatinya, melumat dan mengocak kejantananku dengan mulut imutnya. “Aaahhh…, aaahhh…, sedap Bu! Oohhh…!” saya cuma bisa mengeluh kenikmatan. “Hhhhmmm…., Mas Anang ingin lebih sedap ?” bertanya Bu Sarmi memikat. “Memang ada lebih nikmat, Bu?” “Coba Mas Anang berdiri!” saya mengikuti perintah Bu Sarmi. Dengan keadaan badanku masih tetap telanjang bundar, saya berdiri di atas tempat tidur.
Dalam pada itu, Bu Sarmi yang berlutut di hadapanku terlihat melihati tangkai kejantananku yang sudah berdiri menggangguk-angguk. Pelan-pelan Bu Sarmi mencapainya dan mengocaknya secara halus.
Ku anggap beliau akan masukkan tangkai kontolku ke mulutnya, tetapi ternyat tidak. Beliau kenyataannya justru menggosokikan tangkai kontolku di atas buah dadanya yang halus. “Oohhh….yaaahhh! Sedap sekali Bu!” “Ini masih tetap belum berapa, Mas! Coba Mas Anang merasai yang ini…” Bu Sarmi geser tangkai kontolku dan menyisipkannya antara belahan buah dadanya. “Saat ini, coba ayunkan bokong Mas Anang!” Saya menurut saja.
Pelan-pelan saya lambaikan bokongku mundur dan maju, sedangkan Bu Sarmi menekan-nekan buah dadanya ke menjadi tangkai kontolku berasa terjepit-jepit antara susunya yang kenyal. “Oouuhhh…! Bu Sarmi bisa dibuktikan sangat pintar menganakemaskan pria! Ini sangat menarik, Bu!” saya mendesah-desah nikmat.
Susu Bu Sarmi yang menekan-nekan kontolku membuat diriku terasanya melayang-layang. Lama kami meperbuat foreplay ini. Sampai pada akhirnya Bu Sarmi mintaku agar selekasnya menyelesaikan permainan tersebut. “Aahhh…, Mas Anang! Bunda sudah ingin sekali nih!” rengek bu Sarmi. Beliau melepas capitan susunya dan ambil posisi seperti orang sedang bersujud. Walaupun saya masih tetap belum demikian pengalaman, tapi saya sudah sebelumnya sempat melihat posisi seperti itu dalam film porno. Pelan-pelan saya mengajarkan kejantananku yang sudah berdiri keras ke sela kewanitaan Bu Sarmi yang menganga dari belakan. Bu Sarmi terlihat menggigit bibir sendiri saat saya mulai menggesek-gesekkan ujung penisku di bibir vaginanya. “Ooouhhh…, ooohhh…! Cepatan masukkan donk Mas!” rengek Bu Sarmi. Perlahan-lahan ku tancapkan ujung kejantananku ke vagina bu Sarmi yang memeras. “Aahhhh…!” saya melenguh nikmat.
Di umurnya yang sudah tidak muda kembali, tetapi Bu Sarmi masih tetap memiliki memek yang geret kembali keset. Capitannya masih tetap berasa kuat, seolah-olah ingin meremukkan tangkai kontolku. Ditambah saat semua tangkai kontolku tertancap dan terserap dalam rongga memeknya. Sebentar saya biarkan kontolku tertanam. Selanjutnya, perlahan tetapi tentu saya mulai mengayunkkan bokongku mundur-maju. “Aaaahhhh…, yeaahhh….! Sikatanmu mantep sekali Mas Anang, Ooohhh…!” Bu Sarmi mengoceh tidak karuan. Ah-uh-ah-uh, oh-yeh-oh-yeh! Beliau cuma dapat meremas-remas seprei kusut itu saat pergerakanku semakin cepat. Lama kami bermain dalam posisi doggy itu, sampai pada akhirnya Bu Sarmi kelihatan benar-benar capek. “Aduh…, Oouhhh… kami istirahat dahulu ya sayang! Ooohhh…!” Saya mengambil penisku, dan Bu Sarmi terguling ke samping dan tergeletak dengan badan bersimbah keringat.
Buah dadanya yang montok terlihat turun naik bersamaan dengan gemuruh napasnya yang tersengal-sengal. Sehabis atur napas sekian hari, aku juga mulai meneruskan aksiku. Ku rentangkan kaki Bu Sarmi kesamping, ku angkat kaki kanannya dan ku tempatkan di atas bahuku. Pelan-pelan ku ambil pinggang Bu Sarmi dan ku tujukan tangkai kontolku ke arah gua darbanya yang menganga, dan sleeeep…! Kembali kejantananku tertancap dalam lobang hangat tersebut. “Aduuhh…, perlahan-lahan donk sayang!” rintih Bu Sarmi. Kembali saya ayunkan bokongku pelan-pelan tapi tentu.
Bu Sarmi yang ada di bawahku terlihat kelonjatan nikmati aksiku ini. Ditambah saat saya membercepat ayunanku dan menekan kuat-kuat tangkai kontolku ke rahimnya. Beliau cuma bisa mengeluh nikmat sekalian mencekram kuat-kuat lenganku yang kadang-kadang meremas-remas buah dadanya. “Iyaah…aaghhh! Terus sayang…yahhh…yaahh…oouug ghhh….!” Bu Sarmi mengoceh tidak karuan. Tapi saya tidak mempedulikannya. Saya terus memompa badanku dengan pergerakan mengorek-ngorek sela nikmat tersebut.
Terus lama pergerakanku terus liar. “Ooohh…, Mas! Saya sudah tidak mampu lagi…., Ooohhh…., saya ingin keluarrr….!” Saya rasakan dinding-dinding vagina Bu Sarmi mengkerut dan berdenyut, mencekram dan meremas-remas tangkai kontolku dari dalam. Terus lama kedutan vagina Bu Sarmi semain cepat, faktor yang juga sama terjadi padaku. Tangkai kontolku sudah berasa nyeri dan berdenyut. Sampai akhirnya….. “Aaarrggghhh….! Saya keluar kembali Mas!” Bu Sarmi menjerit senang.
Saya terus percepat pergerakanku, mencabik-ngoyak isi vagina Bu Sarmi. Tapi ssebelum spermaku keluar, saya selekasnya mengambil penisku. Sekalian mengocaknya dengan tanganku, saya memberikan tangkai kontolku ke bibir Bu Sarmi yang terbuka. Saya terus percepat kocokan tanganku sampai akhirnya…. “Aaaaggghh….aaaghh….aaaghh h…!” Crot…crot…croottt! Cairan putih kental muncrat seringkali ke dalam mulut Bu Sarmi. Tanpa rasa jijik beliaupun menelan spermaku, selanjutnya menjilat-jilati bekasnya yang masih tetap melekat di tangkai kontolku. Saat itu juga badanku lemas, tulang-tulangku seakan rontok.
Dan aku juga tergeletak di sisi Bu Sarmi. “Oh, Mas Anang sangat gagah! Terima kasih ya Mas!” saya merengkuh badan Bu Sarmi dan mencium keningnya. Beliau terlihat tersenyum senang sekalian menempatkan kepalanya di atas dada sektorku dan menyeka-usap bulu-bulu lembut di atasnya. “Jika saya sukses menjadi Karyawan Negeri, Bu Sarmi ingin meminta apa?” tanyaku selanjutnya. Bu Sarmi bangun dan duduk bertimpuh di sampingku. “Saya tidak meminta apapun kok, Mas!” beliau tersenyum, “Mas Anang tidak perlu membelikan saya apapu! Saya hanya meminta ini…..” Bu Sarmi raih penisku yang terkulai tidak memiliki daya.
Selanjutnya mengurut-urutnya dengan jarinya yang lentik. “Tujuan Bu Sarmi?” tanyaku tidak memahami. “Jika Mas Anang sukses menjadi PNS, saya hanya ingin Mas Anang berkunjung saya tiap satu minggu alias dua minggu sekali untuk memberikan saya porsi punyai Mas Anang yang lebih besar ini…..” lanjut beliau sekalian menjilat-jilati beberapa sisa sperma yang masih tetap lekat di tangkai kontolku. “Ah, jika ini sich mudah! Dengan berbahagia hati saya akan teratur siap layani Ibu!” Dengar jawabanku Bu Sarmi kegirangan. Dan beliau mengguguah lagi birahiku dengan memberbagi kuluman dan kocokan di tangkai kontolku.
Sejumlah minggu selanjutnya pada akhirnya saya sangat bisa lolos jadi PNS. Dan sehabis dilakukan pengukuhan, saya penuhi janjiku kepad Bu Sarmi. Setiap ada kesempatan, saya teratur bertandang ke arah tempat Bu Sarmi. Tentu untuk memberikannya kepuasan. Dan saat lagi terkait dengannya, beliau tetap mengaku kejantananku