
Cersex Pemerkosaan – Bacaan Seks Dewasa Bermin Dengan Sang Gendut – Bacaan seks, bacaan dewasa, bacaan ngentot, bacaan panas, narasi sex terkini 2023. Ini pengalamanku yang termasuk paling unik. Ceritanya diawali dari keisenganku yang kerap tidak ada ujungnya. Salah satunya karyawan di ruangku ialah wanita yang gendut. Umurnya mungkin telah 28 tahun dan belum kawin. Saya percaya ia tidak pernah pacaran. Mukanya sich cukup manis, tetapi gemuknya itu, yang membuat golongan pria agak malas berakrab-akrab untuk seterusnya pacaran.
Ruangan kerjaku memang teramat luas, dan semua meja tersambung dengan internet. Jika kerja sedang lengang saya kerap chatting. Kuperhatikan jika saya lewat ada di belakang bangku sang Rini yang gendut itulah kerap chating. Sepanjang saya bekerja di sana tidak pernah kusaksikan Sang Rini dibawa makan siang seesorang. Saya termasuk pemburu makanan sedap dan murah. Rekreasi kulineran kerap kali membuat temanku yang kuajak makan geleng kepala. Karena untuk makan siang terkadang saya membutuhkan memicu mobilku dari Jakarta ke Bogor.
Kelompok Bacaan Seks Dewasa Bermin Dengan Sang Gendut
narasi seks
Emi kerap saya goda, tujuannya bukan memikat mengarah yang tidak-tidak, tetapi sekedar hanya melepaskan keusilanku saja. Ia memang dekat dengan ku. Saya sebetulnya kasihan menyaksikan kondisinya. Dibalik figurnya yang terlihat berdikari, tapi saya tangkap ada rasa kurang percaya diri atau rendah diri yang ada pada dianya. Mungkin jika tidak cermat karakter itu tidak gampang kelihatan, tapi saya yang kerap bercakap dengannya dapat tangkap rasa itu pada dianya.
Bujukan ku yang tersering kulontarkan ialah setiap bertemu selalu ku sapa
” Eh kok saat ini keliahatan cukup lebih kurus,”. Umumnya jika saya goda demikian ia lantas memonyongkan bibirnya.
Panggilan itu saya lontarkan ke siapa pun rekan wanita ku yang lama tidak berjumpa. Umumnya mereka merasakan tersanjung. Gampang saja buat wanita tersanjung.
Saya benar-benar sebelumnya tidak pernah merencanakan memacari sang Rini. Selainnya saya sudah punyai bini dan 2 anak, Lagian ngapain mencari penyakit macarin teman satu kantor dan gendut juga.
Tetapi angan-anganku yang tidak ada pinggirnya mendadak munculkan pertanyaan,
“Sebagai wanita Rini tentunya punyai kemauan untuk bermesraan atau rasakan rangsangan seks dari lelaki.”
Tetapi karena kondisinya yang tambun, sebelumnya tidak pernah ada lelaki yang berani melawannya apalagi dekatinya. Kasihan nasib wanita, bentuknya membuat ia susah mendapatkan rekan kencan. Kebalikannya jika lelaki agar gendut dan telah tua, bisa menyikat cewek elok justru abg. Eh maaf ya golongan wanita bukan tujuanku merendahkan, tetapi tersebut yang ada pada pikiranku.
Semakin lama tekanan untuk bertanya masalah apa Rini punyai kemauan seks, semakin jadi membesar dalam pikiranku. Tetapi tidak mungkin saya berani bertanya dengan secara langsung bertatap muka. Kata-kata apapun itu yang menyelimutinya dan dihias, bila pokoknya bertanya hal tersebut, rasanya susah.
Sebetulnya dibalik pertanyaan ingin tahu itu, saya sebetulnya ingin menolong ia rasakan rangsangan seks. Kurasa tidak ada lelaki yang berani tawarkan diri menolong Rini untuk memperoleh rangsangan seks. Mungkin saja lelaki lain jemu mencumbui wanita gendut, atau kalaulah ada yang ingin, tidak temukan kata-kata untuk sampaikan tujuannya itu, sama seperti yang kualami.
Saya jadi rekan sekantornya yang paling dekat. Apalagi ia kerap saya mengajak berpetulang makan siang. Terkadang bahkan makan malam dengan berkunjung beberapa tempat baru.
Sebelumnya ia menanyakan pada diriku,
” apa kamu tidak malu jalan ama cewek segemuk saya.”
Saya tahu ia cuma ingin pastikan dianya jika saya tidak mempermasalahkan bentuk badannya yang super gendut tersebut. Saya jawab
” jalan ama nenek-nenek ke dufan saja saya tidak malu, mengapa dengan kamu harus menjadi malu,”
Mungkin jawaban itu tidak ia kira ke arah situ. Ia geli dan memukul lenganku sekalian samping tangannya tutup mulutnya yang ketawa geli.
Walau keliatannya kerap, tetapi sebetulnya makan siang bersama ia terbanyak satu bulan 3x dan makan malam paling 2x.
Sesuatu kali saya menanyakan, apa ia sebelumnya pernah nikmati situasi kafe sekalian dengar musik sampai tengah malam. Jawabnya seperti telah kuduga ialah belum.
Saya punya niat mengenalkan dianya berkenaan kehidupan dugem, supaya pengalaman hidupnya di masa muda lebih komplet. Penawaran itu, pada awalnya cukup sangsi ia terima. Bukan permasalahan pulang malam, karena pulang malam untuk ia tidak ada permasalahan, karena ada di tempat kos yang bebas masuk keluar jam berapa saja pulang tidak jadi masalah.
Yang membuat ia canggung ialah saya harus banyak keluar uang cuma untuk menggembirakan dianya. Sesudah kuyakinkan meskipun saya kerja pada bagian pemasaran yang penghasilannya lumayan besar, saya mendapatkan pendapatan yang lumayan besar, justru lebih besar dibanding gajiku dari bermain forex pada internet. So selama ini uang buatku tidak begitu permasalahan.
Eh perlu saya terangkan pada kalian jika jam kerjaku kerap tidak pasti, hingga saya tidak terserang ketetapan harus pulang pada beberapa jam tertentu. Istriku pahami itu, karena semenjak berpacaran irama kerja dan hidupku memang demikian.
Saya dan Rini selama ini telah menelusuri ke sejumlah tempat dugem, dari yang bersuasana agak bule sampai yang bersuana giting di daerah Jakarta kota.
Selama ini saya tidak merasakan berpecaran dengan Rini, kurasa ia juga merasa demikian. Tidak ada kata atau perlakuanku yang ke arah ajak ia jadi kekasihku. Ia juga demikian. Walau terkadang menggamit atau merengkuhku jika ia agak berat kepalanya kebanyak minum wine. Tapi saya masih tetap bawa diri sebagai seorang rekan. Hanya itu.
Di dalam kantor tidak juga kelihatan jika saya kerap jalan dengan Rini. Saya memang mengakrabi siapa pun cewek di kantorku. Makan siang tidak cuma ngajak Rini, tetapi cewek-cewek kantor yang lain juga begitu.
Misiku pada Rini cuma untuk buka wacananya sebagai wanita yang hidup di kota besar. Jika tidak ada cowok yang ngajak, tidak mungkin ia tahu kehidupan dugem. Sebenarnya apa pentingnya buka wacana masalah dugem, jika tidak tahu tidak apapun sich. Tetapi tujuanku Rini yang gembrot itu tidak butuh terkungkung dalam hati rendah diri.
Kenyataannya sesudah nyaris lima bulan saya kerap ngajak Rini, ia memang tampil lebih optimis. Tetapi itu merunut pandangku, semoga tidak salah ah.
Dari pertemananku dengan Rini tersebut selanjutnya muncul, keisenganku. Bagaimana ya rasanya bermain seks ama cewek yang super gemuk. Tetapi selain itu saya ingin menjadi relawan untuk menyiapkan diri jadi patner seks sang gembrot.
Sebenarnya gagasan itu bukan muncul sejak awal kali, tapi ada sesudah saya jalan bersama. Sebenarnya saya benar-benar tidak tertarik secara seksual pada Rini. Karena itu walaupun ia peluk-peluk saya, saya tidak memberi respon sebagai lelaki yang inginkannya. Kurasa ia juga tidak berniat memikatku . Maka pertemanan kami ialah murni, berteman saja.
Tetapi sebagai lelaki terkadang terganggu oleh kemauan mencoba. Banyak telah yang dulu pernah kucoba, dari yang benar-benar muda sampai yang cukup berusia. Ada banyak juga yang sampai tulisan ini kubuat kami bermain ketika sama-sama memerlukan.
Saya terkait dengan sejumlah wanita benar-benar tanpa dasar cinta. Saya menyukai ia karena menarik, smart dan bicaranya menyambung. Mereka pun demikian ingin dekat denganku karena saya dipandang menggembirakan dalam berkawan dan pintar jaga hati wanita.
Sebagai teman dekat pasti saya dan Rini kerap beragam narasi berkenaan beragam permasalahan hidup. Ia keliatannya cukup yakin padaku, hingga kerap ia sharing. Tetapi sharing itu benar-benar tidak ada yang menyentuh masalah seks . Maka aku juga tidak juga ingin mengawali berbicara masalah tersebut. Walau sebenarnya dalam benakku ada rasa ingin tahu
“ingin tidak kamu saya penuhi kemauan seks mu”. Tetapi bagaimanakah cara menyampaikannya.
Bicara bertemu muka terkadang terhalang oleh malu, karena itu walau saya dan Rini satu kantor, kami kerap chating untuk sampaikan beragam permasalahan yang jika diucap secara langsung dengan kata-kata tidak terlempar.
1x entahlah darimanakah hadirnya keberanian, saat chating terlempar pertanyaanku.
” kamu sebelumnya pernah tidak di cium cowok”.
Sesudah terkirim saya terperanjat, terkejut. Malu rasanya jika ia sampai memberi respon negatif.
Lama ia tidak menjawab dan aku juga diam saja. Tidak mungkin saya ambil kembali kata-kataku tersebut.
” Belum bagaimana sich rasanya, saya ingin, tetapi orang tidak punyai cowok,” jawaban yang masih sama sekali tidak saya sangka.
Merasa mendapatkan lampu hijau, saya meneruskan dengan
” mengapa harus punyai cowok jika cuma ingin rasakan kecupan,”
“Tujuannya,” ucapnya
Lumayan lama saya pikirkan untuk membuat kata-kata untuk mereply supaya tidak menyentuh tetapi juga sekalian menjawab.
“Saya siap menolong , bila tuan putri inginkan” kata ku.
“Tujuannya ” bertanya ia kembali.
Aku segera tangkap jika ia sukai bila saya lakukan buatnya, tetapi ia tetap jaga harga diri.
“Tujuannya begini lho, saya siap mencium kamu jika dibolehkan,” kata ku ngotot.
Ia tidak membalasnya.
Jika ia tersinggung atau geram tentu ia telah membalasnya dengan kata-kata yang negatif. Tetapi rasanya untuk menjelaskan,
” Oke dech gua ingin” mustahil berani ia ucapkan . Maka diam nya ia menurut terawanganku ia memberikan sinyal lampu hijau.
“Nanti dihubung kembali, saya ada pekerjaan ,” ucapnya.
Saat ini saya yang pusing berpikiran, di mana ia akan saya cium. Jika dibawa langsung ke motel, rasanya terlampau pagi untuk mengambil keputusan demikian.
Di mobil sepertinya cukup memadailah, toh sekadar ngajari kecupan. Apalagi lapangan parkir kantorku ini cukuplah aman untuk lakukan kegitan seperti tersebut.
Bahkan juga lebih dari itu kerap kulakukan. Saat TTM ku inginkan ku terkadang ia parkir di samping mobilku. Kami lakukan di mobil, jika tidak dimobilku ya di mobil ia. Kaca mobil kami keduanya sama tidak menembus pandang jika malam hari.
“Makan bebek goreng yok nanti malam, saya dapat alamat baru,” ajakku lewat chatting.
” ah kamu selalu gagalkan program dietku. ” jawabannya.
” Ah diet itu permasalahan mudah, kamu tentu bisa turun beratnya jika tidak makan pedas,” kataku.
“Aduh susah tinggalkan cabai,” ucapnya.
Saya tahu ia memang maniak makanan pedas. Jika tidak ada sambal ia benar-benar memanglah tidak nafsu makan.
Saya telah membuat gagasan. Jam 7.30 malam saya code agar kita menuntaskan tugas dan secara langsung ke arah parkir mobilku.
Mobil saya nyalakan dan AC selekasnya kunyalakan. Situasi mobil yang semula panas dan sesak perlahan-lahan nyaman dan sejuk. Saya tidak selekasnya begerak, tapi masih tetap bertahan di dalam tempat parkir.
“Lho kok tidak jalanan,” tanyanya.
Mesin lantas kumatikan sesudah temperatur cabin cukup dingin.
Tanpa tunggu instruksi ia segera saya tangkap dan secara langsung kucucup bibirnya. Bibirku kubenamkan di bibirnya. Bibir kami berjumpa sebelumnya kurang pas, tetapi itu cuma berjalan sebentar. Ketika ia kaget saya telah dekap tubuhku ke tubuhnya dan bibirku telah meliputi di posisi yang akurat.
Rini keliatannya kebingungan harus bereaksi bagaimana. Tetapi saya telah tingkatkan serang dengan mengisap kuat bibirnya dan memulai mainkan lidahnya. Berasa sekali bila Rini tidak pernah berciuman , karena responnya yang masih bimbang.
Tanganku mulai mengelus rambutnya. Pergerakan ini cukup efisien memberikan ketenangan, hingga pergerakannya yang sebelumnya ingin berontak menjadi menurun. Secara perasaan ia mulai memberi respon lidahku dan kami berpagutan kuat sekali. Saya biarkan perasaan birahiku membimbing irama kecupan,yang saya yakin energi birahiku akan mengairi badan Rini hingga birahinya bangun. Nyaris 5 menit kami berjumpa mulut. Liur tumpah menetes. Tidak terang ludah siapakah yang menetes, tapi baik mulutku atau mulutnya banjir air liur. Saat sebelum ia tersadarkan, saya selekasnya raih tissu dan hapus tersisa liur kami yang tumpah.
Rini malu ia menyandar kepalanya ke dadaku sebentar sesudah kecupan kami lepas.
Tanganku selekasnya maraih tuas sandaran bangku tempat Rini bertumpu dan seterusnya sandaran kursiku saya rebahkan. Rini saya posisikan telentang. Napasnya mulai mengincar, sesuatu tanda gairah birahinya mulai bangun. Kuciumi keningnya, pipinya, lantas telinganya kanan dan kiri. Saya selanjutnya dipeluknya kuat sekali. Aku juga memberi respon merengkuhnya. Tanganku meraih punggungnya. Disitu berasa lemak yang tebal dan empuk.
Tidak lama kemudian dekapannya melonggar dan saya bekerja lagi menciumi lehernya , untuk jaga supaya rpm birahinya tidak turun. Mendapatkan gempuran dari lelaki untuk pertamanya kali membuat ia tidak paham harus melakukan perbuatan apa. Napasnya mengincar, dan saya merasa detak jantungnya berdebar-debar cepat.
Untuk meningkatkan rpmnya saya menyeruput lagi bibirnya. Ini kali dia mersepon dengan tepat. Bibirku dan mulutku dihisapnya kuat sekali. Saya biarkan mengikuti tekadnya. Rasanya nyaman sekali menyium mulut Rini karena berasa wewangian pepermint. Sangkaanku ia telah siap sedia untuk di cium hingga ia jaga berbau mulutnya.
Itil V3
Walaupun saya ingin lebih dari sekadar berciuman, saya berusaha mengendalikan diri tidak untuk memasuki ke tempat lain. Walau sebenarnya tanganku telah gatal ingin meremas teteknya yang dirasa empuk dan tebal saat melekat di dadaku.
Sesudah berciuman hebat sekitaran 10 menit saya kembali lagi ke sisiku terlentang di atas bangku yang rebah dan Rini rebah di atas bangku selain ku. Sesaat kami termenung. Cuma tangan kiriku yang meremas tangan kanannya dan ia membalasnya meremas .
Terang-terangan saya nyaris kekurangan napas mentraining Rini berciuman. Walau bibirnya tebal dan sedap dikenyot, tapi posisi yang kurang bebas di mobil membuatku keluarkan tenaga extra untuk atur posisi serang Rini.
Saya sebetulnya kurang dapat nikmati enaknya berciuman. Buatku kecupan cuma stater untuk menghidupkan birahi pasanganku. Rasanya memulai cumbuan yang paling resmi ialah berciuman lebih dulu.
“Sorry ya Mi saya barusan langsung nyosor tanpa meminta ijin. Setelah jika ingin kecupan pakai meminta ijin dahulu rasanya koq lucu.” Kata ku, sesudah kudengar Rini berkurang napasnya.
” Kamu jahat , tetapi sedap koq, terima kasih ya , saya rasanya berbahagia sekali malam hari ini dapat rasakan sama seperti yang dirasai cewek-cewek lain,” ucapnya.
Saya merasa trenyuh dalam hati dengar pernyataan polosnya.
” Your wellcome Mi, jika perlu kontribusi yang lain jangan malu katakan ke saya, yok saat ini kita ke arah bebek.
Malam itu kelihatan muka Rini berseri-seri. Rasa berbahagianya memancar saat saya duduk bertemu di warung bebek goreng. Saat sebelum turun ke arah tempat kostnya kami sebelumnya sempat berciuman sesaat, dan nampaknya ia bergairah lagi.
Di dalam kantor sikap kami bias-biasa saja. Tetapi perbincangan di chatting semakin hot.. Ia ucapnya banyak buka info tentang kecupan hingga ia mengatakan tehnik berciuman beragam rupa.
Saya membalasnya dengan menjelaskan tehnik itu tidak bisa dilaksanakan bebas jika dalam mobil. Itu memerlukan lokasi yang khusus. Kapan ia merasa siap saya mempersiapkan diri untuk membawa melayang-layang semakin tinggi secara beragam tehnik kecupan yang ucapnya ingin ia coba.
Sebelumnya ia cukup sangsi bersedia saat kutawari bercumbu di hotel. Tapi dengan rayuan yang logis, pada akhirnya ia ingin saya giring ke hotel. Saya menyengaja mengatakan hotel, walau yang kumaksud ialah motel. Karena bila saya sebutkan motel, kelak ia bisa banyak menanyakan yang bisa jadi ia justru undur, jika pada akhirnya tahu jika motel itu ialah tempat khusus untuk eksekusi.Di suatu hari Sabtu yang sudah kami setujui saya jemputnya sekitaran jam 10 untuk menyambung cumbuan di motel. Awalnya saya meluangkan beli makanan kecil dan dua buntel mi pangsit.
Saya tidak mau kemesraan ku terputus cuma karena ada room servis mengantarkan makanan.
Rini cukup sangsi mengambil langkah saat pintu garasi motel tertutup. Tetapi kuyakinkan jika tidak butuh takut, Saya masih tetap menggenggam komitment lakukan sepanjang yang ia harapkan.
Ia cukup canggung mengambil langkah masuk ke motel. Tetapi sesudah kugandeng dan kugiring untuk duduk di pinggir tempat tidur, ia pada akhirnya nurut.
Kusarankan ia untuk melepaskan hajat ke kamar mandi, sebelumnya setelah saya buang cairan di kantong kemihku. Untuk hadapi kemungkinan paling jauh, saya telah menyabuni barangku hingga wewangian harum sabun menyelimutinya barangku.
Rini mengikuti saranku ia ke arah kamar mandi dengan tidak lupa mengamankan pintunya. Saya dalam hati cuma tersenyum, karena di saat nya kelak ia bahkan juga tidak butuh tutup pintu kamar mandi.
Sementara ia lakukan ritus di dalam kamar mandi saya cari kanal musik di tv. Saya bertahan duduk di tepi bed menanti ia usai melakukan aktivitas di dalam kamar mandi.
Ia cukup malu mengambil langkah dekatiku, tangannya kutarik supaya duduk disampingku. Bagitu duduk saya segera merengkuh bahunya dan mulai ritus berciuman. Seperti sebelumnya ia cukup malu menyongsong serangan mulutku. Ini saya mememahami, karena birahinya belum on. Saya harus tingkatkan rpm birahinya supaya ia mulai menyusut rasa malunya.
Kecupan sekitaran nyaris sepuluh menit sukses meningkatkan birahinya, diikuti napasnya yang semakin cepat. Embusan napasnya semakin keras. Saat kutarik untuk tiduran ia menurutiku dengn melenturkan tubuhnya. Kakinya tetap bergantung disamping bed sementara saya mulai merengkuhnya.
Beragam tehnik kecupan kami praktikkan sampai sampai ia tidak sadar jika ke-2 kakinya telah naik semuanya ke atas tempat tidur. Saya ambil posisi tengkurap sedang Rini terlentang. Tangan kanannya tidak sebelumnya sempat bisa lolos dari tindihan tubuhku. Ini saya menyengaja dan dengan pergerakan yang seperti tidak menyengaja saya menepatkan posisi alat vitalku yang tetap terbungkus celana ada sama persis di atas telapak tangannya. Ia tentu rasakan kerasnya senjataku menekan telapak tangannya. Saya menekan beban tubuhku seutuhnya ke tangannya hingga tangannya semakin tertekan oleh senjataku yang telah mengeras.
Telapak tangannya berasa tidak bergerak, tapi dengan pergerakan yang seakan-akan tidak menyengaja saya menggoyang-goyang senjataku menekan telapak tangannya. Walau rasanya ia cukup sangsi, tapi telapak tanganya mulai bereaksi menggandeng alat vitalku yang mengeras. Saya coba mengusung sedikit posisi tubuhku hingga tidak begitu menindih telapaknya, tapi telapaknya memburu alat vitalku yang bergaerak cukup menjauh sedikit.
Pancinganku sukses. Rini rasanya tidak ragu kembali ia mulai meremas-remas celanaku yang simpan alat penting kebanggaanku.
Sesudah saya percaya ia tak lagi malu meremas barangku saya mengganti posisiku tidur terlentang di sebelahnya. Automatis telapak tangannya lepas dari senjataku. Kubimbing tangannnya untuk hinggap di atas celanaku yang membusung. Tangannya melemas mengikuti instruksiku. Demikian ada di atas alat vitalku telapak tangannya saya tolong untuk meremas. Ia meremas lagi. Sekalian saya ciumi pipinya tanganku yang satu kembali secara berhati-hati buka ikat pinggangku lantas hubungan atas celanaku. Sekalian pura pura menolong tangannya meremas barangku saya turunkan resleting celanaku sampai barangku tinggal terlapisi celana dalam.
Bacaan Seks Dewasa Bermin Dengan Sang Gendut
Pembungkus yang tipis dan plastis celana dalamku membuat ia temukan bentuk alat vitalku yang semakin terang. Ia terus meremas dan remasannya semakin keras. Ini bermakna saya dibolehkan buka celana dalamku. Kugeser kebawah celana dalamku sekalian menuntun telapak tangannya temukan alat penting yang telah tanpa penutup kembali. Merasa ia sentuh alat vitalku langsung, ia stop sesaat. Saya lantas menggenggam tangannya dan memberikan kode supaya ia melanjutkan remasannya. Rini meremas lagi. Ia tidak cuma meremas tapi telah memegang tangkai alat vitalku.
“keras sekali ya,” ucapnya
Ia terus meremas sementara saya mulai memelorotkan semua sisi bawahku sampai lepas. Tangannya mengeksplor semua kemaluanku. Semua ia sentuh sampai ke kantong menyan di remas-remas.
“Aduh jangan keras-keras sisi itu sakit jika terlampau keras di remas,”kataku.
Ingin menyaksikan bentuk yang sebenarnya Rini bangun dari tidurnya dan duduk selain saya yang tiduran. Kubiarkan ia memerhatikan semua bentuk senjata unggulanku. Yang membubung bebas tegak kuat.
“Sejauh ini saya cuma saksikan dilukis dan beberapa film,” ucapnya memberi komentar panorama yang tersaji dimukanya.
“Saat ini puas-puasin dech melihat yang aslinya “kataku.
Saya meminta ijin sesaat untuk buka bajuku dengan argumen takut kusut bajuku. Argumen yang logis itu memberikan kesesempatan buatku untuk bertelanjang bundar di depannya.
Saya tiduran lagi, sedangkan Rini memegang lagi batangku yang makin keras dan makin tegak. Sementara itu Rini tetap kenakan pakaian komplet, dengan celana jean yang ketat karena pahanya yang lebih besar.
Saya diamkan untuk beberapa waktu ia tutupi badannya, sampai waktunya kelak ia akan dibuka pakaiannya.
Saya ajari ia untuk mengenggam batangku sekalian lakukan pergerakan turun naik. Sementara ia lakukan itu saya bersandiwara kenikmatan sekalian mendesis dan mengeluh. Ternyata reaksiku itu memancing ia tambah semangat mengocak batangku.
Jika saya diamkan terus, peluruku dapat melejit keluar. Kutahan kocokannya, dengan argumen batangku berasa panas dan pedih.
“Jika kamu sukai kamu bisa mencium,” kataku.
” Memang rasanya kaya apa, apa lebih sedap ya jika di cium,” tanyanya.
Saya benarkan di cium akan memunculkan kepuasan lebih tingi, kataku.
Pelan-pelan direndahkan mukanya dan ia mulai menciumi batangku. Sekalian ia mencium, tanganku yang satu menyeka-usap kepalanya dan yang satu kembali arahkan supaya batangku masuk ke mulutnya. Walau cukup lama tapi pada akhirnya sukses sedikit kepala alat vitalku masuk kemulutnya.
Ia awalnya cukup sangsi melomot batangku. Tetapi saat, kepala barangku telah ada dalam mulutnya saya menekan kepalanya dan tubuhku kudorong keatas hingga semakin bertambah batangku masuk ke mulutnya.
Aduh batangku kegerus giginya. Kuminta supaya giginya tidak berkenaan batangku. Ia mengikuti dan memulai lakukan lomotan turun naik. Cuma dalam sekejap ia telah mengusai mengoralku.
Ia mendadak protes, karena mulutnya merasa ada lendir dari kemaluanku dan berasa sedikit asin, hingga ia stop mengoralku. Mau tak mau kujelaskan cairan itu adalam pre cum, sesuatu cairan yang lewat cara natural menolong pemulasan.
Untunglah ia stop, jika dilanjutkan saya dapat muncrat.
Rini lantas kubaringkan. Saya memindihnya dan memulai mencium lagi mulutnya dan pelan-pelan turun ke leher. Sekalian menciumi saya berusaha buka kancing pakaiannya satu-satu dengan pergerakan berhati-hati. Sampai batasan BHnya kelihatan tanganku mulai menyentuh susunya yang rupanya cukup gembul terbungkus BH memiliki ukuran lumayan besar. Banyak lemak di sana, membuatku marah untuk meremas. Awalnya temasanku ditahannya. Tapi rasanya ia meredamnya tidak benar-benar. Saya meremas lagi susu yang tetap terbungkus BH. Sesudah saya dibebaskan memerah susu kiri kanannya tanganku mulai menelusup ke sisi belakang badannya untuk cari hubungan BH. Tangan yang terbiasa secara gampang melepaskan hubungan BH.
Kusibak penutup susunya dan saya sekarang meremas secara langsung susunya. Rini pasrah di perlakukan demikian. Hingga kemudian saya mulai memilin dan menjilat sekitaran puting susunya. Puting susunya tidak besar. Dengan jilatan yang terbiasa, birahi Rini semakin tinggi.
Mungkin kesadarannya tingal 1/2 hingga ia tidak merasakan saat tanganku mulai buka hubungan celana jeannya. Resleteing sukses dibuka. Tanganku langsung membungkam gudukan kemaluannya yang tetap terbungkus celana dalam. Tanganku cukup ditahannya. Tetapi karena kesadarannya telah tersaput birahi, Pertahanan tangannya tidak begitu kuat. Demikian tanganku cukup bebas saya cari jalan untuk menelusup di atas celana dalamnya untuk menyuruk ke bawah. Dengan 1 pergerakan cepat, jemari tengahku telah temukan belahan kemaluannya yang dirasa membanjir.
Jemari tengah yang terbiasa ini secara gampang temukan clitoris. Dititik klitoris tersebut ujung jariku mulai bermain. Kepuasan yang dibangkitkan dari permainan jemari tengahku di klitorisnya membuat pinggulnya bergoyang-goyang. ia bukan hanya demikian tetapi mulai mendesis dan mendesah. Rasa malunya telah musnah, tinggal gairah birahi yang berkuasa.
Saya melanjutkan permainkan klitorisnya dengan sasaran ia capai orgasme. Sesaat selanjutnya tangannya menekan tanganku yang menangkup di kemaluannya. Saya tahu ia capai orgasme, karena itu tarian jemari tengahku kuhentikan, Berasa kemaluannya berdenyut dan belahan kemaluannya semakin banjir. Saya menanti sampai renyutannya berkurang lantas kutarik tanganku keluar gundukan kemaluannya.
Saya tidak sangsi lantas berusaha buka semua celananya. Rini pasrah justru memberikan ruangan supaya saya lebih gampang buka semua celananya.
Kami berangkulan bugil.
Dari samping saya melihati jumlahnya setumpukan lemak dimulai dari susunya, perutnya sampai pahanya.
Tanganku bermain lagi di kemaluannya yang cuma tertutupi bulu cukup jarang-jarang. Sementara ke-2 putingnya kuserang dengan jilatan lidahku.
Rini telah terangsang berat. Perlahan-lahan saya ciumi kebawah arah perut, lantas pelan-pelan kulebarkan ke-2 kakinya. Ia cukup meredam, mungkin masih tetap ada tersisa rasa malu yang masih belum musnah. Kubiarkan ia bersikeras demikian, tapi gempuran jilatanku semakin kebawah hingga kemudian capai belahan kemaluannya. Lidah yang terampil dengan selekasnya cari titik clitoris. Cukup sulit temukan karena tumpukan lemak yang terlampau tebal dan kakinya kurang buka. Tapi jilatan di sekitar kemaluannya membuat ia ingin longgarkan kakinya hingga lidahku bisa temukan ujung lipatan kemaluan di mana menempati clitoris yang telah muncul mengeras.
Serangan ke pusat syaraf birahi membuat Rini seperti kesurupan. Ia tidak peduli kembali hingga melepaskan saya buka pahanya lebar dan menekuknya ke atas. Ketebalan kemaluannya karena lemak yang banyak disana membuatku sedikit susah menempatkan mulutku manangkup kemaluannya tanpa hidungku tertutup.
Hingga kemudian mendapatkan posisi yang cocok saya mulai menggempur klitorisnya. Rini mengerang-ngerang sejadi-jadinya menyahut kepuasan yang ia merasai. Ia tidak dapat tahan lama hingga kemudian capai orgasme yang ke-2 . Kepalaku dijepitnya dua paha yang meminta ampun besarnya. Untungnya saya masih mempunyai ruangan sedikit untuk bernafas. Sesudah orgasmenya usai, jemari tengahku perlahan-lahan saya sikatkan ke lubang memeknya. Tujuanku cari G spot. Sedikit susah temukan G spotnya karena dinding memeknya sarat dengan tumpukan lemak.
Saya harus tingkatkan fokus dan kesensitifan hingga kemudian temukan benjolan daging cukup mengeras pada dinding atas memeknya tidak jauh dari lubang kencingnya. Benjolan g spot itu saya gosok lembut dengan irama teratur dan perlahan. Awalnya ia melafalkanng setiap kugosok. Tetapi semakin lama ia bergerak, hingga saya kerap terpelset dan kehilangan titik sasaranku. Saya berusaha meredam supaya Rini tidak begitu liar bergerak, sekalian saya terus menggosok G spotnya. Mendadak ia menjerit dan kakinya menjepit. Saya merasa renyutan orgasme dan banjir cairan memek sampai membasahi sprei. Cukup panjang jeritannya. Rini lupa diri saat capai orgasme yang paling tingginya.
Telapak tanganku ditekannya kesemua permukaan kemaluannya hingga saya merasa renyutan orgasme yang cukup panjang waktunya.
Kutunggu sampai renyutan itu usai lantas tanganku kulepas dari gundukan memeknya.
Saya ambil posisi tiduran disebelahnya. Mengetahui saya disebelahnya Rini lalu merengkuhku dan sisi kemaluannya ditegaskan ke pahaku kuat-kuat. Kadang-kadang saya tetap merasa ada renyutan yang ritmenya cukup jarang-jarang. Mungkin itu tersisa orgasmenya.
Rini selanjutnya tarik badanku supaya ada di atas badannya. Kuturuti saja tekadnya. Rasanya ia menempatkan supaya memeknya berjumpa dengan batangku. Tetapi ia tidak paham bagaimana seterusnya. Ia cuma menekan-nekankan kemaluannya ke kemaluanku.
Saya memahami penginnya Rini. Saya bangun dan coba menempatkan ujung alat vitalnya pas ada di depan memeknya yang telah licin dan kuyup. Kugesek kemaluanku keatas kebawah hingga kemudian terlumuri cairan memeknya di semua ujung alat vitalku. Kepalanya telah ada pas di gerbang kemaluannya. Saya pencet sedikit, berasa kepala vitalku sedikit tenggelam. Saya sedikit susah rasakan apa ia telah tenggelam dalam lubang memeknya atau baru terjepit bibirnya yang tebal. Untuk memberikan keyakinannya saya dorong sedikit. Karena licin rasanya gampang saja batangku maju, hingga kemudian terhambat suatu hal.sebuah hal. Ini mungkin selaput daranya. Saya tidak berani masuk lebih jauh .
Saya memanglah tidak berniat menorobos keperawannya, hingga saya stop dan mundur-maju pada batasan tersebut. Itu juga rasanya sudah sedap karena capitan kemaluannya yang tebal lemak telah terasanya menjepit. Sampai rasanya saya nyaris capai orgasme saya stop bergerak. Tangan Rini ke-2 nya ada di bokongku. Saat saya stop bergerak berasa tangannya menekan bokongku supaya maju. Awalnya saya bertahan supaya tidak maju kembali, karena, bila saya maju, karena itu terteroboslah selaput keperawannya.
Tetapi di antara akal sehat dan gairah kondisinya tidak imbang, apalagi tangan Rini seperti mengajurkan saya terus maju menerobos.Saat kemaluanku mentok tidak dapat maju kembali, dan tangan Rini menekan bokongku, perlahan-lahan saya pencet sampai akhirnyanya bobol pertahanan perawannya. Rini menjerit lirih dan mendesis. Tentunya ia merasa perih, karena air matanya mengucur dari ke-2 ujung matanya. Semua kemaluanku telah tenggelam, tapi saya merasa , pembenamannya belum prima. Kutekuk ke-2 kakinya dan kulebarkan. Di posisi itu batangku dapat melesak lebih dalam . Saya memacu dengan irama lamban hingga kemudian orgasmeku tiba dan kubenamkan dalam-dalam batangku dan kusemburkan kandungan cairan maniku kedalam memek Rini.
Kuhempaskan tubuhku menindih ke Rini. Saya rasakan kesan badan gendut yang empuk. Tubuhnya yang berselimut lemak tebal, rasanya empuk betul ditindih. Sesudah nikmati orgasme, saya nikmati kasur hidup untuk beberapa saat.
Saya lantas tiduran disebelahnya. Rini kelihatan benar-benar capek di tertidur dan selang beberapa saat mulai mendegkur lembut. Saya kerap memerhatikan, bila cewek capai orgasmenya yang paling tinggi, karena itu ia akan mengantuk dan jatuh tertidur pulas.
Saya bangun ke kamar mandi bersihkan diri. Dari kamar mandi saya selekasnya keluarkan camera digital. Beragam posisi Rini yang mengorok saya dokumentasikan. Sudah pasti tanpa lampu kilat, karena lampu kamar yang kunyalakan seterang-terangnya cukup sinarnya untuk ambil gambar. Saat kakinya kutekuk dan kukangkangkan, Rini tidak terjaga dari tidurnya. Saya menjadi tambah bebas ambil photo pada bagian vitalnya.
Sesudah senang saya simpan lagi cameraku dan saya tiduran disebelahnya dan menarik selimut. Kami tidur pada sebuah selimut.
Saya tidak paham berapakah lama tertidur. Saya merasa dingin dan barangku seolah tengah dikerjakan. Saya melihat ke bawah, rupanya Rini sedang mengoralku. Barangku telah mengeras dengan prima. Saya tidak sadar semenjak kapan ia mulai bangun, mungkin barangku terlebih dahulu bangkit dari majikannya.
Keliatannya Rini suka dengan pengalaman pertama kalinya yang bawa ia ke langit ke 7.
Saya masih tetap berpura-pura tidur untuk menyaksikan apalagi yang hendak dilaksanakan Rini padaku. Karena saya sudah alami ejakulasi pertama, karena itu pertahananku saat ini lumayan tangguh. Saya dapat meredam sepanjang mungkin supaya tidak muncrat saat dioral.
Saya merasa ia lama sekali mengoralku, mungkin mulutnya mulai pegal menyosori k0ntolku yang meneras.
Rini lantas bangun dan ia berlutut mengangkangki badanku. Digenggamnya k0ntolku lantas ia bawa ke gerbang memeknya. Perlahan-lahan direndahkan tubuhnya sampai perlahan-lahan tangkai k0ntolku masuk ke dalam saat memeknya. Rini keliatannya cukup mengernyit. Mungkin masih tetap ada rasa perih saat peniku menerobos masuk memeknya. Tetapi ia masih tetap memaksa supaya semua k0ntolku ditelan memeknya.
Sesudah masuk prima. Rini mulai meniak turunkan tubuhnya. Mungkin kontrol pada masuk keluarnya barangku buruk, hingga kerap lepas.
Sesudah ia menceploskan lagi k0ntolku ke lubang memeknya ia tak lagi bergerak turun naik, tapi bekerja maju undur.
Pada akhirnya ia temukan posisi yang pas di mana kemaluanku dapat sentuh clitorisnya dan menekan G spotnya. Ia tidak bergerak terlampau jauh terkecuali menekan-nekan tubuhnya ke tubuhku dan mundur-maju sedikit saja.
Pergerakan ini secara cepat menstimulan tempat sensitifnya, diikuti pergerakannya yang semakin terus-menerus. Pada akhirnya ia roboh di atas tubuhku dan semua berat badannya ditumpukan ke tubuhku. Saya merasa sangat berat, tapi saya tahan sesaat, sampai ia menyelesaikan orgasmenya.
Tubuhnya berkeringat walau ruang ini cukup dingin. Sesudah ia menuntaskan orgasmenya , saya mengubah tubuhnya dan posisi ganti, saya ada di atasnya.
Saya tidak memberikannya waktu istirahat, langsung ku pacu dan saya cari posisi yang terenak kurasakan. Walau Rini barusan kuperawani, tapi rasanya cengkraman memeknya lemah. Karena mungkin memeknya terlampau basah atau mungkin saja karena dinding memeknya sarat dengan lemak yang halus. Tetapi kesan menyaksikan cewek gendut terlentang di bawah tubuhku memberi panorama yang asyik .
Saya temukan posisi yang kurasa cukup optimal menggairahkan k0ntolku. Saya bertahan di posisi tersebut. Rupanya Rini memberi respon dan keliatannya ia rasakan nikmat. Ia mendesis-desis. saya terus memompa sampai dipertengahan jalan Rini telah capai orgasme diikuti mendadak ia merengkuhku dan berusaha hentikan pergerakankua dengan menjepitkan ke-2 kakinya memutari tubuhku. K0ntolku yang tenggelam saat rasakan renyutan di semua lubang memeknya. Saya memang stop sesaat. Demikian himpitan kakinya melonggar sedikit saya memacu lagi.
Rini minta-minta ampun karena ucapnya ia merasa capek sekali dan kemaluannya cukup nyeri. Saya memahami jika memek yang barusan alami orgasme merasa cukup linu. Tetapi saya tahu jika rasa nyeri itu akan selekasnya lenyap. Saya tidak mempedulikannya secara terus memacu justru dengan pergerakan lebih kasar. Saya tubruk-tabrakkan tubuhku keras. Walau keras, karena tubuhnya gemu, saya tidak merasakan sakit. Bahkan juga cembungnya kemaluannya tidak menyebabkan nyeri saat saya tubruk-tabrakkan. Berlainan dengan menjamah cewek yang cukup kurus, tulang cembung kemaluannya jika ditubruk-tabrakan terus menererus dapat membuat bengkak di tulang yang ada di atas kemaluanku.
Pergerakan buasku ternyata memicu rangsangan untuk Rini ia tidak protes nyeri dan capek, tapi justru mendesis dan mengeluh. Saya terus mengembat dengan garang, agar selekasnya capai orgasme. Tetapi rasa dekati orgasme belum berasa. Yang terdapat justru Rini yang mendahuluiku capai orgasme. Saya dijepitnya kembali dan ia betul-betul meminta ampu supaya dikasih waktu istirahat sesaat.
Saya menurutinya, karena tubuhku juaga capek karena lakukan gerkan-gerakan kasar, barusan. Tubuhku sarat dengan keringat. Selain itu, perutku berasa lapar.