
Lagian, orang Indonesia kan tidak jelek-jelek sangat, menjadi kenapa turunannya harus diperbarui semua? Not to mention tidak ada montir di bumi ini yang dapat membenahi turunan manusia, ya kan? Anyways, ini hanya pendapatku saja, so buat yang tidak sepakat ya bebas-bebas saja, ok! Peace! Hehehe.. O ya, Lia wajahnya benar-benar cute (menurutku, apalagi kecantikan itu relatif, tul tidak ?), tingginya 165cm sama ukuran payudara 34c.
Bokep Indo Viral – Singkat kata, saya dan Lia telah melakukan pertunangan dan lebih kurang 2 bulan akan selekasnya masuk tingkatan jalinan yang paling serius untuk mengikat sumpah suci di depan Tuhan dan ke arah perkelaminan, eh… pelaminan. Nach, karena jalinan kami berdua sangat serius dan jika tidak ada halangan, batu mengadang dan badai terjang, saya dan Lia telah ditegaskan akan menikah.
Berbicara masalah angka dan kesempatan, kemungkinan kami akan menikah ialah 99,9 %. Yang 0,1 % bekasnya cuma bisa terjadi jika mendadak dihari pernikahanku kelak ada seorang wanita hamil yang menuntut pertanggungjawaban dariku untuk menikah dengannya, which is impossible karena saya memang tidak pernah bercinta dengan seorang wanitapun, termasuk sang Lia.
Karenanya, saya menjadi ngebet sekali agar dapat segera melepaskan keperjakaanku ini dan ingin selekasnya bercinta dengan pacarku yang ayu itu karena toh kami hampir menikah. Saya telah mengulas ini dengan Lia dan kami terturut dalam pembicaraan kecil, didalamnya masalah saya yang tidak sabaran dan ini-itu.
(Lagi-lagi) Singkat kata, saya nampaknya sudah sukses memberikan keyakinan sang Lia untuk terkait tubuh saat sebelum tanggal pernikahan datang, saya berpendapat bila kami berdua melakukan sesudah menikah, kelak akan sama dengan beberapa orang yang lain, apalagi kami akan mengetahui bagaimana kesannya bila melakukan saat sebelum waktunya dan nanti dapat dibanding kembali saat melakukan sesudah menikah. Kedengar edan, tetapi karena sukses merayunya, itu semuanya jadi tidak permasalahan.
Kami berdua memilih untuk melakukan esok sore dalam suatu hotel di wilayah Jakarta Selatan. Wah, memikirkan apa yang bisa terjadi besok, saya menjadi tidak sabar dan tidak dapat tidur, meskipun sesudah dikocak menjadi dapat tidur, hehehe. Esok harinya, saya jemput Lia yang telah mendapatkan izin dari ortunya untuk ngedate denganku. Ya iyalah, kalau izinnya ke ortu ingin ML di hotel, tidak mungkin diberi. Selanjutnya, kami selekasnya melaju ke arah hotel MXXXXXXX dan secara langsung cek in. Agar tidak diduga, saya cek in sendiri, beberapa saat selanjutnya baru sang Lia susul ke arah kamar hotel yang telah kupesan setelah sebelumnya kukabari lewat sms.
Dalam kamar hotel, jantungku dagdigdug tidak karuan karena tidak pernah lakukan ini sebelumnya. Untuk cairkan kemelut, kami berdua duduk2 lebih dulu sambil mengobrol ngalor ngidul. Cukup lama , kurang lebih lebih dari 1/2 jam kami bercakap. Baru kemudian, saya mengawali ‘gerilya’ dengan duduk makin mendekat dan merengkuh bahunya. Saya berbisik I love you ditelinganya supaya ia santai.
Selanjutnya kami sama-sama berpandangan, dan entahlah siapa yang mengawali, kami mulai berciuman. Bibir imutnya kulumat dan kuhisap-hisap. Perlahan-lahan, saya masukkan dan mainkan lidahku di dalam mulutnya. Lia terlihat benar-benar nikmati ini, itu kelihatan dari ke-2 matanya yang dipejamkan dan irama napasnya yang mulai berbeda. Posisi tangan kiriku kupindahkan, dari yang sebelumnya merengkuh kuat bahu Lia beralih ke pinggangnya yang ramping.
Sementara tangan kananku kugerakkan menjelajahi punggung Lia, yang tetap berbalut T-shirt ketat warna cokelat muda, dengan pergerakan pelahan ke arah keatas mengarah belakang lehernya yang selanjutnya kubelai halus. Cuma desahan perlahan-lahan yang terlempar dari bibirnya. Mendapatkan ‘sinyal’ ok, saya meneruskan aksiku dengan menyelusupkan tangan kiriku dibalik T-shirtnya.
Perlahan-lahan, jariku sentuh kulit perutnya yang kuat, lantas naik keatas kembali, dan kembali, dan kembali, sampai hingga di atas gumpalan dadanya yang kenyal dan tetap terbungkus bra berenda. Kuremas perlahan-lahan payudara samping kiri Lia sekalian terus berciuman dan tangan kananku kumasukkan dibalik T-shirtnya hingga sentuh secara langsung punggungnya, dan tangan kananku terus kugerakkan naik sampai sentuh pengait bra sang Lia yang selanjutnya tanpa babibu langsung saya membuka.
Dalam waktu cepat, bra itu terjun bebas ke lantai keramik hotel yang warna putih bersih, hingga sekarang tanganku dapat segera menyentuh payudaranya tidak ada yang merintangi. Dengan jemari telunjuk dan jempol tangan kiriku, kupilin-pilin puting payudara kiri Lia yang sekarang keluarkan desahan-desahan karena bibirnya telah terlepas dari kecupanku.
“Nghhhh… Bob.. aa” Desah sang Lia. Tanpa percuma, selekasnya kulucuti T-shirtnya hingga panorama cantik terpajang dimuka mataku yang 1/2 melotot, payudaranya Lia sekal dan montok dengan puting yang warna kemerahan.
Juniorku yang barusan telah 1/2 mengeras sekarang makin mengeras seakan akan meronta untuk keluar kembali celana jeans dan celana dalamku.
Lia yang telah 1/2 telanjang kurebahkan di atas sping bed. Lantas, saya membuka resleting rok jeansnya dan selekasnya kulorot hingga kelihatan celana dalamnya yang warna pink dan berenda, samar-samar kelihatan rambut kemaluannya karena susunan celana dalam itu tidak terlampau tebal.
Tidak menanti lama, selekasnya kulepas celana dalam itu dan kelihatan panorama yang wow di depanku sehingga saya hampir-hampir tidak berkedip-kedip dibikinnya. Terlihat belahan memek yang memikat dengan dihias bulu-bulu kemaluan yang tidak terlampau lebat. Saya tidak tahan kembali, selekasnya kujamah memek tersebut. Kusibakkan ke-2 bibirnya kesamping shingga terlihat sisi saat memek Lia yang warna merah muda. Tanpa menanti lama, saya segera menusukkan lidahku di dalam lubang itu, kujilat-jilat dan kumainkan lidahku di dalam. Napas Lia makin mengincar,
“Aaah, Bob.. ka.. mu ngap.. pain, enghhh..!!” Tidak kuhiraukan desahan itu dan saya terus menjilat-jilat memeknya yang mulai disanggupi lendir pertanda Lia sangat terangsang.
Kucabut lidahku dan target selanjutnya ialah klitorisnya. Selekasnya kukulum dan kuhisap klitorisnya sambil kadangkala kujilat-jilat permukaan atasnya. Desahan Lia semakin jadi dan tidak berapa lama selanjutnya dia capai orgasme,
“aaaach.. aahh!!” dengan disertai lenguhan panjang badannya menggeliat luar biasa dan cairan kepuasan mengucur cepat keluar memeknya.
Aku segera menyesap habis cairan tersebut. Selanjutnya saya bergerak berdiri, kusaksikan Lia masih tiduran dengan mata 1/2 terpejam dan pandangan yang mupeng, woow gile.. kelihatan tambah cakep saja ni anak. Lantas saya melepaskan kaosku dan celana jeansku, selanjutnya secara langsung kuterkam sang Lia yang tetap tersengal-sengal. Tanpa ampun, langsung kuemut puting payudaranya yang samping kanan, sekalian tangan kiriku meremas dan mainkan payudara kiri Lia.
“Aaahh, mmmmhh, terus Bob… ohh!!” Desahnya.
Saya makin asyik saja ‘menyusu’ di payudara yang montok itu. Saya telah tidak tahan kembali, ingin selekasnya nikmati ‘main course’ alias ‘hidangan utama’ berbentuk ML sauce tiram, hmmm. Selekasnya saya berdiri dan melepaskan kain paling akhir yang tutup badan telanjangku yakni celana dalam warna biru tua merk BXXXX. Demikian celana dalam itu lepas, juniorku yang dari barusan teraniaya segera berdiri mengacungkan mengisap udara bebas. Tidak terlihat ada kepala k0ntol karena punyaku uncut (belum disunat).
Buat yang seumuranku pasti tahu jika dahulu, saat waktu beberapa anak, yang namanya sunat tidak diwajibkan (yang diwajibkan cuma agama tertentu). Tetapi terakhir dunia klinis merekomendasikannya, tetapi saya belum memilih untuk melakukan. Sebetulnya, Lia telah kuberi tahu mengenai ini sekitaran 1/2 tahun yang lantas saat kami baru pulang ke Indonesia dan kami berdua sedang pikirkan gagasan pernikahan. Pokoknya ia berkeberatan dengan keadaan itu dan mintaku untuk disunat saja.
Tetapi, yah.. terang-terangan saya malu apalagi saat ini telah di tanah air, kelak apa kata dokternya jika tahu telah besar kok belum disunat, bla bla bla, tetapi yang tentu saya semakin lebih malu ke pasien yang lain yang akan disunat. Dalam bayang-bayangku, pasti semua masih beberapa anak dan tentu cuma saya sendiri yang paling tua.. aargh tidak! Saya tidak mampu lakukan itu, menjadi ya akhinya saya membohonginya dan menjelaskan saya telah disunat sekitaran 3 bulan yang kemarin.
O ya, balik lagi ke ‘hidangan utama’, saya mengharap supaya Lia tidak kembali berkeberatan dengan ini. Apalagi ia sedang horny, di mana semestinya akal sehat tidak terlampau bermain, hingga tanpa sadar ia akan ingin ML denganku. Selekasnya saya menyerobot ke Lia agar lekas-lekas menanamkan pusakaku ini di dalam lubang memeknya yang telah basah tersebut. Tetapi.. yang kutakutkan terjadi, Lia meredam badanku dan menggerakkan perlahan-lahan sambil tutupi badannya dengan selimut. Pupus telah muka mupeng yang kusaksikan barusan ganti gestur sedih.
“Bob! Saya kan telah katakan dahulu jika saya tidak mau melakukan denganmu jika kamu belum disunat, you have to be circumcised first!” Teriaknya.
Aduh, batinku, bagaimana kalau penghuni kamar samping dengar? Akan kedapatan kalau saya belum sunat.. aaargh. Tetapi yang lebih dari itu, saya memang merasa jika saya telah bersalah ke Lia. Juniorku juga tidak tegang, tetapi melembek dan makin melembek.
“Tetapi Ne, apa kamu tidak tahu? Saya kan malu. Apalagi sunatnya di Indonesia, the culture here is way different. Saya akan terlihat aneh.. bahkan juga benar-benar aneh.” Jawabku.
“Saya tahu, saya dapat memahami jika kamu malu. Tapi… kamu telah berbohong dengan aku Bob.” Kata Lia lirih, airmata mulai membasahi pipinya.
Aduh, saya betul-betul merasa benar-benar bersalah. Saya coba melipurnya, tetapi ini kali jadi lebih sulit dari umumnya.
“Ok, saya akan maafkan kamu, but you have to promise. Kamu akan benar-benar sunat ini kali!” Kata Lia.
“Baik, saya akan sunat, pekan kedepan, ok?” Jawabku.
“No! Saat ini, ini hari atau saya akan pikir-pikir kembali masalah gagasan pernikahan kita.” Jawab Lia tegas.
Pada akhirnya saya menyetujui permohonannya, dibanding tidak menjadi menikah. Wah, jangan dech. Lebih bagus meredam malu sesaat. Kami berdua kenakan pakaian lagi dan Lia kuminta untuk bersihkan muka supaya tidak kelihatan membawa ia habis menangis. Kan genting jika kedapatan sama calon mertua.
Itil V3
“Kamu kan takut disunat, menjadi saya akan temani kamu.” Kata Lia.
Tetapi saya menolak penawarannya karena, ia terlihat shock dan capek. Terang jika ia perlu istirahat. Jadilah saya membawanya pulang. Saat sampai di muka tempat tinggalnya ia menanyakan.
“Tetapi bagaimana saya tahu jika kamu benar-benar sunat ini hari?” Saya menjawab
“esok kan dapat kamu saksikan sendiri, pasti kedapatan jika saya berbohong kembali.” Lia menyepakatinya dan aku juga pergi sendiri cari dokter yang menerima layanan penyunatan.
Sesudah berputar-putar putar keliling kota. Pada akhirnya kutemukan tempat praktik sunat. Berhati-hati saya masuk ke dan, terjadi yang kutakutkan. Kelihatan banyak anak kecil yang berbaris untuk disunat. Aargh.. tidaak. Rasa malu menaklukkan lagi nalar. Hingga aku juga ngacir keluar dari tempat itu dan berkemauan untuk cari lain tempat saja. Tetapi kondisi makin susah karena kusaksikan arlojiku telah memperlihatkan jam 19.00. Aduh, dapat gagal ini, dan Lia tentu geram kembali padaku esok, mengapa barusan saya tidak sunat saja di tempat yang banyak anak kecil itu, kataku dalam hati. Jam memperlihatkan jam 19.30 saya menyaksikan papan nama sebuah klinik yang layani penyunatan.
Ini kali saya telah berkemauan untuk tidak akan lari apapun itu yang terjadi, ini untuk rasa sayangku pada Lia, saya tidak ingin menyebalkannya kembali. Dengan jantung berdegap kuat, kudorong pintu kaca depan klinik dan.. thank god, tdkada orang. Cuma ada seorang perawat, yang menurutku cukup elok, bergerak menyambutku dan bertanya kepentinganku secara ramah. Saya menjawab
“Emm, betul di sini dapat sunat suster?”
“Oh benar sekali bapak. Nach, di mana anaknya yang ingin disunat pak?” Bertanya suster tersebut.
Aduh, sialan, pertanyaan yang saya benar-benar tidak sukai. Ditambah lagi untuk menerangkan.
“Engg, sebetulnya…. sebetulnya..” Saya merasa tidak mampu mengatakannya, ingin rasanya lari kembali tetapi bayang-bayang Lia yang menangis mendadak tebersit dalam benakku hingga saya memilih untuk menjawab.
Ah terserah sajalah kata orang, batinku.
“Sebetulnya saya yang ingin sunat sus..” There, usai telah, saya telah sukses menjelaskannya. Rasanya seperti beban 100kg telah terangkut dari bahuku.
Suster itu cukup kaget dengarnya, yang membuatku lega, ia tidak menertawakanku seperti bayang-bayangku sebelumnya. Tidak lama selanjutnya ia masuk ke untuk menjumpai dokternya, lantas balik lagi ke depan menjumpaiku dan berbicara
“Baik pak, dokternya siap, silakan masuk.”
Aku juga masuk ke ruangan praktik dan.. saya kembali kaget karena dokternya seorang wanita. Wah, masak saya perlu blak-blakan dimuka cewek selainnya Lia. Tapi pikiran itu makin menghilang menyaksikan figur dokter itu yang elok, benar-benar elok bahkan juga. Jika kutaksir kurang lebih umurnya baru 23 mungkin 24, tentulah baru lulus dan membuka praktik batinku, ukuran dadanya… tidak terlampau terlihat karena dia menggunakan jubah ciri khas dokter yang putih.
“Eee, dokter yang nanti……” Kata-kataku terputus.
“Ya benar mas, saya yang akan menyunat anda.” Ucapnya sekalian tersenyum ramah.
Selanjutnya dokter itu mintaku untuk melepaskan celana berikut celana dalamku. Wah, saya degdegan karena harus menunjukkan sisi pribadiku di depan musuh tipe yang tidak kukenal. Perlahan-lahan tetapi tentu, celana jeansku dan celana dalamku telah lepas hingga kemaluanku sekarang gandul-gandul di depan dokter itu. Dokter tersebut tidak terlampau memerhatikan karena repot mempersiapkan perlengkapannya. Baru selanjutnya dia melihat k0ntolku ini. Entahlah apa yang ada dipikirannya karena kurasa, umumnya ia menyunat beberapa anak, saat ini ia ditempatkan pada k0ntol pria dewasa. seksigo
Dokter wanita itu mintaku duduk di meja check dan ia menggunakan sarung tangan lateks. Baru selanjutnya ke-2 tangan dokter itu ke arah alat kelaminku. Aduh, saya kembali dagdigdug. Kemaluanku ini kan bukan punyanya anak kecil. So, jika dipegang-pegang, apalagi oleh musuh tipe, tentu akan bangun dari tidurnya.
Betul saja, saat dokter itu menggenggam tangkai k0ntolku, sang junior segera bangun dan merekah secara cepat ke arah ukuran maksimumnya, 18cm. dokter itu kelihatan kaget sekali, entahlah itu kaget karena adikku mendadak bangun, atau kaget karena ukuran adikku yang cukup besar.
“Eeh, maaf ya dok, ini… spontan masalahnya.” Kataku dengan senyuman yang kecut.
“Oo, ee. tidak apapun kok.” Dokter itu kelihatannya salah kelakuan, wajahnya memeras.
Menyaksikan itu, pikiran jorokku mulai bermain. Bagaimana jika dokter elok ini kusuruh lakukan handjob. Pasti dia terkejut waktu barusan tahu pasiennya ialah pria dewasa. Nach, jika kubilang jika saya tidak tahu langkah memperkecil lagi k0ntolku ini kemungkinan dia akan yakin, apalagi sampai sebesar ini saya belum disunat.
“Mmmm, tetapi saya tidak dapat mengkhitan jika sedang…. ini.” Kata dokter itu padaku sekalian kadang-kadang melihat k0ntol tegangku.
“Lebih bagus mas.. ee.. mengeluarkan dahulu di dalam kamar mandi baru kita teruskan.” Tambah dokter itu .
Aku juga mulai tindakan berpura-pura bego,
“mengeluarkan? Tujuannya apa dok? Saya kan kembali tidak kepingin pipis.” Jawabku dengan memasangkan gantengg yang sebego mungkin.
“Ee.. bukan pipis tujuan saya. Tujuannya mas.. ee.. masturbasi dahulu.” Jawab dokter itu grogi.
Nach, umpanku mulai terkena, batinku.
“Mas.. apa dok, saya tidak tahu. Sepengetahuan saya jika sedang ini ya didiamkan saja, nanti kecil kembali. Jika pagi-pagi bangun begitu dok, saya diemin saja.” Jawabku bego dengan k0ntol yang masih tetap mengacungkan.
“Memang triknya bagaimana dok?” Pancingku.
“Ee.. ya, mas.. ngg.. kocok itunya, kelak jika sudah keluar, tentu menjadi kecil.” Jawab dokter itu dengan muka yang semakin memeras.
Hatiku makin riang, tentu dia yakin jika saya tidak tahu apapun mengenai ini.
“Bagaimana dok? Aduhh, saya tidak tahu. Atau, dokter saja dech yang keluarkannya. Saya takut masalahnya saya benar-benar tidak tahu masalah ini.” Tambahku.
Dokter itu terlihat kaget dengan jawaban polosku barusan. Tetapi kelihatannya dia kehilangan akal untuk mengajarkanku langkah masturbasi, dan dia terlihat tidak ingin lama-lama dengan pasien yang satu ini. Pada akhirnya dokter itu sepakat untuk lakukan handjob. Hehehe, sukses!! Batinku.
Pertama kali, dokter itu memegang tangkai k0ntolku dengan tangan kirinya yang tetap terbungkus sarung tangan lateks. Selanjutnya dia mulai gerakkan tangannya turun-naik. Ohh, edan, rasanya sedap sekali. Apalagi selanjutnya dokter itu mainkan ke-2 buah zakarku dengan tangan kanannya yang, tentu saja, tetap bersarung tangan. Lantas, tangan kanannya dipakai untuk menggairahkan sisi peka k0ntol pria, yakni wilayah di bawah kepala k0ntol. Ahh, rasanya makin nikmat, saya kadangkala sampai pejamkan mataku untuk nikmati kesannya.
Tidak berapa lama, cairan pelumas (cairan yang keluar bila pria terangsang) mulai menetes dari lubang kencingku. Dokter itu mewadahinya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya yang mendapatkan gantian mengocak tangkai k0ntolku. Sesudah semua cairan pelumas keluar. Tangan kanannya behenti mengocak k0ntolku dan tangan kirinya yang ada tetes cairan barusan digunakan untuk mengocak tangkai k0ntolku. Woow, kesannya bebeda karena lebih licin rasanya.
Napasku mulai mengincar, perjalanan ke arah pucuk telah capai tengahnya. Dokter itu tidak kurangi irama kocokannya tetapi justru percepatnya, aah rasanya sedap sekali apalagi sebab ada cairan barusan. 5 menit selanjutnya saya telah tidak tahan kembali, sedikit kembali telah capai orgasme.
“Aaaaaaa.. aaa.” pekikku. Dan sedetik selanjutnya
“Aaahh… hhh… hhh.” Muntahlah spermaku ke lantai tempat praktik itu, beberapa berkenaan baju dokter tersebut.
Lega dan suka sekali rasanya, apalagi karena dokter elok ini siap memberikan handjob, hehehe. Singkat kata, pada akhirnya saya disunat , entahlah menggunakan sistem apa, dan dokter itu katakan jika cederanya akan pulih dalam kurun waktu dua minggu. Saat sebelum pergi, saya bertanya nama dokter itu, rupanya namanya Ika. Rupanya kembali, saya salah menduga, umurnya rupanya 27. Heh, 2 tahun lebih tua dariku, tetapi kok keliatannya masih muda, tentulah dia pintar menjaga kecantikannya. Saya menanyakan apa saya dapat tiba kembali lagi ke klinik itu untuk periksakan juniorku dua minggu kembali.
Dalam kurun waktu dua minggu itu juga saya merencanakan supaya bisa lakukan yang lebih. I mean, dokter ini mau handjob, bagaimana jika saya dapat memperoleh yang lebih dari tersebut. Dalam dua minggu itu juga, saya menampik ajakan Lia untuk meneruskan ‘hidangan utama’ yang belum dicicipi di hotel dahulu. Saya katakan padanya jika pengobatannya memakan waktu sebulan 1/2 dan jika seharusnya kami melakukan sesudah menikah saja. Untung sang Lia ingin memahami dan tidak ngambek .
(Lagi kembali lagi) singkat kata, dua minggu sudah berakhir. Saya menanti kembali sehari untuk pastikan jika juniorku ini siap tempur. Hari yang dinanti tiba , saya pergi lagi ke klinik itu pada pukul yang sama secara akhir kali saya ke situ. Keinginanku, tidak ada pasien yang berbaris. Dan… benar , cuma ada seseorang pasien beberapa anak dan bapaknya yang barusan pergi tinggalkan klinik tersebut.
Saya menjumpai suster yang jaga.
“E… dapat saya berjumpa sama dokter Ika? Saya telah membuat janji dua mingu yang kemarin. ” Tanyaku.
Suster itu selanjutnya ke arah ruangan praktik dan tidak berapa lama selanjutnya lagi dan menyilahkanku masuk. Saya pada akhirnya masuk ke ruangan praktik. Dokter Ika bertanya adakah keluh kesah pada kemaluanku. Saya menjawab jika tidak ada keluh kesah dan tidak berasa sakit. Dokter Ika selanjutnya mengatakan jika saya telah seutuhnya pulih.
“Ehh, tetapi dok. Ini.. Saya, dalam kurun waktu dekat akan menikah. Engg, saya kan tidak tahu apa anu saya akan normal saja cocok malam pertama.” Pertanyaan yang ngarang dan ngaco.
“Ini saja mas, mas coba masturbasi dahulu, jika tidak sakit kemungkinan tidak akan sakit waktu digunakan terkait tubuh.” Jawab dokter Ika dengan muka yang sedikit memeras.
Karena mungkin ingat yang tejadi dua minggu yang kemarin. Saya cari lagi akal supaya ia ingin kuajak yang tdk-tdk.
“Mmm, saya masih takut dokter, bagaimana jika kelak cederanya kumat. Aduuuh, saya takut.” Jawabku berargumen.
“Emm.. bagaimana jika dokter saja yg….” Tambahku. Ika cuma termenung.
Saya tidak ingin dia menjawab tidak sama sesuai kemauanku, menjadi saya segera jalan ke arah meja check dan melepaskan bawahanku hingga sisi bawah badanku sekarang telah tanpa satu helai benangpun. Sama sesuai sangkaanku, Ika harus terpaksa mengikuti tekadku. Iapun ke arah meja check dan secara langsung memegang tangkai k0ntolku, tetapi ini kali tanpa sarung tangan, wow. Terima sentuhan dari tangan wanita, kontan k0ntolku mengeliat dan bangkit dari tidurnya.
Dokter Ika selanjutnya terlihat terheran, memang, sesudah disunat juniorku terlihat lebih ganas. Ika selanjutnya mengecek sisi leher k0ntol dan menyentuh-nyentuh disekitar diameternya untuk pastikan jika saya tidak rasakan sakit. Selanjutnya dia mulai mengocak k0ntolku. Ahh, memang sedap sekali jika disentuh oleh musuh tipe. Kocokan tangannya mulai dipercepat, tentu maksudnya agar saya cepat keluar dan cepat keluar dari sini. Saya tahu itu, tetapi saya tidak akan biarkan terjadi.
Sekarang ini posisiku duduk di atas meja check sementara Ika duduk di atas bangku yang hadapi ke meja check itu hingga tempatnya cukup lebih rendah dariku. Aku juga gerakkan tanganku ke arah payudaranya yang terikat jubah dokter dan baju hitam. Tanpa basa basi, kuremas ke-2 payudaranya. Ikapun kaget dan melepas pegangan tangannya dari k0ntolku. Selanjutnya ke-2 tangannya disilangkan di atas dadanya.
“Mas, apa-apaan sich.. emph!” Saat sebelum banyak berbicara, kulumat dan kuhisap-hisap mulutnya.
Ke-2 tangan Ika coba mendorongku, tetapi tidak lumayan kuat untuk melakukan. Dengan tangan kiriku, kuremas samping payudaranya. Sementara tangan kananku, meremas-remas bongkahan bokongnya di luar rok kain warna hitam yang dikenai Ika.
“Emmm… mmmhhh.” Cuma itu yang terlempar keluar bibir Ika yang sedang kucium dengan garang.
Perlahan-lahan kucoba masukkan lidahku di dalam mulutnya dan bermain dengan lidahnya, mungkin karenasudah terangsang, Ika membalasnya pemainan lidahku, lidahnya ditempatkan di dalam mulutku dan aku juga langsung mengisap-hisapnya. Jari tanganku mulai bergerak gesit buka satu per satu kancing baju Ika. Dan, saya tidak measakan penampikan darinya, bermakna kondisi telah betul-betul aman nih, hehehe.
Aku juga melepas kecupanku dan Ika terlihat tersengal-sengal.
Sesudah kubuka semua kancing bajunya selekasnya kulepas baju dan jubah dokternya, selanjutnya susul bra putih yang dikenainya. Wow, rupanya payudara dokter ini cukup sekal, kurang lebih seukur dengan punyai Lia. Ke-2 payudara Ika kelihatan masih tegak dan melawan. Tanpa menghabiskan waktu, saya segera mengulum samping puting susu Ika sementara yang satunya kembali saya mainkan dengan tanganku.
“Ahh, ssshh.. mmmhh.” Desah Ika.
Tangan kananku yang bebas begerilya kebelakang dan bergerak kebawah, melepaskan pengait dan resleting rok Ika. Demikian telah terbuka, rok hitam itu juga melaju bebas kebawah. Tangan kanankupun bebas meremas-remas bokong Ika yang terbungkus celana dalam warna putih. Perlahan-lahan jari tanganku khususupkan ke kemaluannya yang rupanya telah basah.
Ok, tidak perlu menanti kembali, selekasnya kuturunkan celana dalam itu hingga Ika sekarang betul-betul telanjang bundar. Selekasnya kuangkat badannya dan kubaringkan di atas meja check. Saya buka kaosku hingga sekarang saya dan Ika sama telanjang bundar. Kukangkangkan kakinya lantas selekasnya kuarahkan tangkai k0ntolku yang telah tegang sekali ke arah lubang memeknya. Kugesek-gesekkan lebih dulu di atas memeknya. Lantas, bless, tangkai k0ntolku melesak dalam di memek Ika.
“Aaa… masss.. pe.. lan.” Desah Ika. Kudiamkan lebih dulu k0ntolku.
Sesudah sesaat, baru kugerakkan mundur-maju disertai desahan Ika, sang dokter elok tersebut. Plok, plok! Suara pahaku yang berjumpa dengan pangkal paha Ika. Sekalian bersenggama, tanganku meremas-remas payudaranya dan kadangkala memilin-milin putingnya, sedangkan bibirku berkali-kali menciumi bibir, pipi dan leher Ika. Sepuluh menit berlalu, napas Ika makin mengincar dan tidak lama selanjutnya,
“Aa.. ahhh… aaahhh!” Ika capai orgasme.
Ke-2 matanya dipejamkan. Keringat deras membasahi badannya. Kudiamkan sesaat dan kubiarkan Ika nikmati orgasmenya. Lantas kubalikkan tubuhnya dan kumasukkan kembali k0ntolku dalam posisi doggy model. Kusodokkan k0ntolku pelahan, tetapi semakin lama semakin cepat.
“Ahhh, mass… ahh.. ach.. sedap mass!!” Racau Ika. Sekitaran 15 menit kami bercinta dalam posisi ini, Ika kembali orgasme.
“Achh.. mass.. saya keluar, ahh, aaaaaa!” Kubalikkan kembali tubuhnya dan kupompa terus karena saya rasakan gelombang orgasme semakin merapat. Kupacu dan kupecepat sikatanku dan
“aaa.. saya ingin kel.. luar.” Saya akan mengambil k0ntolku untuk memuntahkan sperma di atas perutnya, tetapi ke-2 kaki Ika tau-tau dilingkarkan disekitar pinggangku dan
“Ahh… hhh.. hhh!” Semprotan untuk semprotan sperma masuk ke kandungan Ika.
Saya rasakan situasi ini benar-benar intim. Kudiamkan k0ntolku didalam memek Ika sepanjang sesaat dan kupagut bibirnya lantas kubisikkan thank you di telinganya. Ika cuma tersenyum manis. Benar-benar manis. Sunguh hari yang benar-benar cantik dan akan kukenang.